Merinding,
begitulah ketika menbaca data yang dikeluarkan Badan Internasional Perserikatan
Bangsa-Bangsa untuk Anak-Anak (Unicef) terkait anak-anak di Yaman, Timur Tengah
ini. Makin merinding lagi, jika kondisi anak-anak di Yaman tersebut dibiarkan,
tanpa ada satu negara pun yang peduli.
Betapa
tidak? Menurut data lembaga tersebut, lebih dari tujuh juta anak Yaman saat ini
sedang menghadapi ancaman kelaparan yang serius. Dari jumlah sebanyak itu, 1,8
juta balita menghadapi malnutrisi akut dan 400 ribu balita lainnya terdampak
malnutrisi akut berat, serta membutuhkan penanganan sesegera mungkin dan
serius.
Jika
tidak, nyawa mereka tidak akan tertolong. Satu generasi kehidupan di Yaman pun,
boleh jadi akan hilang, jika hal itu terjadi.
Sebelumnya,
terhitung sejak 2015 lalu, lebih dari 6.000 anak telah terbunuh atau menderita
luka serius akibat perang yang menyebabkan kelaparan.
Direktur
Regional Unicef, Geert Cappelaere mengatakan, baru-baru ini Amerika Serikat
mengajak genjatan senjata di Yaman untuk selanjutnya mengakhir perang yang
bertahun-tahun terjadi.
Namun,
kata dia, mengakhiri perang saja tidaklah cukup untuk menyelesaikan persoalan
kemanusiaan tersebut. Sekarang, setidaknya dalam 30 hari ke depan, harus ada
upaya serius untuk memperbaiki bantuan penyelematan hidup.
Seperti diketahui,
Yaman yang saat ini dipimpin Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi terlibat perang
berkepanjangan dengan pempeberontak Houthi. Arab Saudi dan Uni Emirat Arab ada
di belakang Yaman dalam memerangi Houthi.
PBB
sebenarnya sudah mengupayakan perdamaian, umpamanya dengan mengadakan
perundingan. Sayang, upaya tersebut tidak didukung Houthi yang dibuktikan
dengan tidak hadirnya mereka di meja perundingan. Houthi sepertinya lebih
memilih terus perang walau digempur negara koalisi.
Akibat
hal itu, warga jadi korban, terutama balita dan anak-anak lainnya. ***
Sumber
republika.co.id dan pendapat pribadi.
0 Komentar